-->

Pastinya kita pernah kecewa dalam kehidupan dan berada di titik nol. Bagaimana menyingkapinya?


Tidak ada yang tidak pernah berada dalam kondisi yang serba susah, tidak hanya kecewa dalam masalah keuangan, susah dalam kondisi hubungan, susah dalam emosi dan batin. Mengambil istilah zaman sekarang bukan “jaman” yaitu “galau”. Semua Nampak buruk bagi seseorang yang dilanda galau.

Jika cara kita menyingkapi galau hanya melamun, topang dagu sambal berandai-andai. Hal ini harus segera diatasi, karena logikanya kalau berada dalam masa galau. Dilihat dari sisi waktu sudah dianggap percuma atau tidak ada manfaatnya galau. Karena tidak menghasilkan manfaat ataupun karya apapun.
Dalam Islam ada cara menyingkapi keresahan yang benar, diambil dari Al Quran, 93:1-11, dalam Surah Ad – Dhuha. Tafsir di sadur dari Syekh Tawfique Chowdhury.

Di tafsir ini menjelaskan bahwa Islam mengajarkan untuk senantiasa optimis dan berbaik sangka pada Allah Azza wa Jalla. Dan sebab turunnya surah ini karena Rasullullah kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak mendapatkan wahyu dalam waktu yang lama yakni 6 bulan


Pernahkah kita merasa lelah karena pekerjaan, pikiran dan otak begitu lelah. Terkadang sholat, shalawat dan ibadah tidak berpengaruh pada hati kita. Disadari atau tidak kita merasa agak jauh dari Allah Azza wa Jalla. Kita tidak merasa tenang dalam sholat, tidak bergetar lagi hati kita ketika membaca dan mendengar kalam Allah. 

Dan ketika itu Rasullullah mengira Allah ﷻ telah membencinya, tidak menginginkannya sebagai nabi lagi. Berbagai pikiran berkecambuk selama 6 bulan, bukankah kita juga begitu? Apakah kita pernah berpikir begitu juga.

Kemungkinan kita menghubungkan dengan berbagai penderitaan atau bencana dalam hidup masing-masing. Dan menyimpulkan bahwasanya aku pasti orang yang dibenci, lihat kondisiku yang teramat hina. Allah tidak peduli apapun, Allah bahkan pasti tidak peduli pada do’aku. Apakah terkadang pikiran ini datang padamu, beginilah keadaan Rasulullah ketika suratnya diwahyukan.

Kemudian Allah ﷻ berfirman Al Quran, 93:1, “Demi waktu matahari sepenggalahan naik”. Jadi nasehat pertama yang kau beritahu pada orang atau diri sendiri ketika berada dititik nol adalah “bangun, dan lihatlah matahari bersinar” tidak semuanya suram ketika kita depresi. Ada matahari yang indah di atas, cahayanya indah.

Jangan terhanyut dalam pikiran negatif, jangan tengelam oleh prasangka kelam yang menghantui malam. Tidurlah ketika malam, lawan prasangka dengan janji Allah kepada orang beriman. Dan dilanjutkan dengan kepastian Al Quran, 93:3 “Tuhanmu tidak membenci mu ya Muhammad, Allah tidak benci(mu)”. Begitu juga abdullah (wahai hamba Allah), Allah tidak benci pada kita, dan Allah tidak melupakanmu.

Dan nasehat kedua untuk seseorang yang berada dalam tekanan adalah optimisme, masih ada hari esok  untuk bertindak lebih baik. Dan hari akhir akan lebih indah dari berbagai kendala yang menimpa sekarang. Jika kita lelah ingatlah janji surga Allah yang jauh lebih baik dari semua ini. Sesuai dengan firman Allah Al Quran, 93:4-5

Dan diperkuat dengan kendala dan masalah yang lampau yang sudah berhasil kita lampaui, siapa yang mengatur semua itu? Al Quran, 93:6-8. Siapakah yang memelihara kita ketika kita masih dalam perut ibu? Masihkah kau ragu kepada yang mengetahui segalanya, yang mengatur segalanya bahkan selembar daun yang jatuh diseluruh dunia dan tidak lelah atas semua ini.

Nasehat keempat untuk orang yang berada dititik terendah adalah dengan mengingat orang-orang yang jauh lebih berkekurangan daripadamu. Kita masih bisa baca artikel ini dengan adanya gadget dan masih ada waktu luang untuk ini. Berapa banyak orang yang untuk minum saja harus bersusah payah, tidak ada waktu luang dan rasa aman karena harus berada dalam kondisi perang.

Dan Allah menyuruh kita dalam Al Quran, 93:9-10 untuk membantu kepada anak yatim lalu pengemis. Tidakkah kau peduli kepada anak yatim, yang tidak ada yang mengurus. Tidak tahu kepada siapa mereka bercerita tentang harinya, tidak ada yang mendengar dan menjawab keluh kesah si anak yatim. Dan para pengemis yang tidak tahu apa yang akan dimakan nanti. Mereka menjadikan lapar sebagai teman tidur, dan dinginnya malam sebagai rumah.

Nasehat kelima dan terakhir Al Quran, 93:11 adalah bersyukur atas segala nikmat yang kita terima. Bersyukur atas nikmat sehat, nikmat waktu, nikmat umur yang masih kita terima. Jika Allah tidak menyukai kita kenapa masih membiarkan kita hidup dengan segala fasilitas yang masih kita dapatkan. Jika Allah tidak mencintai kita kenapa dibiarkannya kita menghembuskan nafas dan memberi rezekit di setiap detik kehidupan.

Inilah kenapa Sufyan at-Tsauri berkata “Wallahi, aku tidak akan menggantikan Allah dengan orangtuaku untuk menjadi hakim di hari kiamat. Lebih baik Allah menghakimiku, daripada orangtuaku di hari kiamat. Karena aku tahu Allah Azza wa Jalla mencintaiku melebihi orangtuaku.” Jika kamu percaya Allah lebih mencintai kita daripada kedua orang tua kita maka Allah akan mencintai kita melebihi daripada orangtua kita.

Pastinya kita pernah kecewa dalam kehidupan dan berada di titik nol. Bagaimana menyingkapinya?