Menjadi suami siaga adalah title sementara yang kudapat,
karena istri sudah memasuki usia kandungan yang ke 9 bulan dan itu masa
persalinan tinggal tunggu hari. Seperti biasa kita control untuk yang biasa
kita lakukan di Rumah Sakit Bersalin Kartika Surabaya, tepatnya di daerah ngagel madya tiap bulannya. Lega mendapatkan
laporan dari dokter Maya selaku dokter kandungan kami karena semua hasil diagnosa bagus dan
prediksi kelahiran masih minggu depan atau tepatnya 6 hari lagi.
Kita pun pulang diperjalanan istri sempat mengeluh pinggang
nya sakit karena getaran maklum banyak geronjalan alias jalan ga rata, ga tau
kenapa kok dulu saya prefer naik sepeda daripada naik motor. Sampai lah dirumah
terus sholat jamaah dan setelah itu kita berdua langsung istirahat karena besok
masih pada kerja (istri ambil cutinya di mepetin dengan alasan biar nanti pasca
kelahiran lebih lama waktunya sama anak).
Ga lama setelah itu mendadak istri bangun dan ke kamar mandi
yang ternyata ketuban nya Pecah dini. Wah saya terus panik dan membangunkan
orang tua ku untuk menemani ke rumah sakit bersalin. Ransel bersalin sudah di
bawah (berisikan apa-apa yang perlu di bawa ketika mau kerumah sakit dan itu
sudah di siapkan ama istri tercinta bahkan 2 bulan sebelumnya) motor
dikeluarkan konsentrasi tingkat tinggi untuk memberi kecepatan dan kenyamanan
selama perjalanan ke RSB Kartika yang biasa ditempuh 30 menit menjadi 15 menit karena
jalanan sudah malam dan sepi.
Dan awal dari semua pengalaman baru dimulai, Doa saya terjawab untuk bisa menemani kelahiran istri dengan selalu ada disampingnya bisa
terpenuhi karena ya itu tadi terjadi nya waktu nganter ke rumah sakit pas ada saya
dirumah. Ini momen yang susah didapat mengingat saya dan istri masih menjadi
karyawan. Setelah sampai di RSA kartika langsung menuju ke kamar bersalin dan
semua yang terjadi pada saat itu merupakan hal yang baru mengingat ini adalah
anak pertama kami setelah penantian 6 bulan kita.
Saya potong sebentar karena ada pengalaman selama istri saya
menunggu kelahiran anak pertama kami. Di Rumah sakit yang sama bertepatan ada
yang akan melahirkan anak keduanya yang sebelumnya melahirkan secara normal.
Maka harapan mereka untuk anak keduanya adalah normal juga. Namun keadaan
berkehendak lain. Kondisi stag pada bukaan 8 (istilah baru untuk saya, sebagai
informasi ketika kita menunggu kelahiran ada proses yang dinamakan bukaan range
nya 1-10 dengan indicator jari sang bidan). Karena kegigihan sang ibu untuk
melahirkan secara normal maka dilakukan induksi (istilah baru lagi, merangsang
sang ibu dengan obat dan alat untuk menaikkan bukaan. Namun usaha nya masih
stag pada bukaan 9 padahal kurang satu lagi masih belum bisa keluar. Dan itu
saya pastikan rasanya pasti sakit sekali karena mendengar teriakan sang ibu
yang hingga menyeberang sampai ke kamar inap. Setelah usaha menaikkan bukaan
hingga satu hari mereka lalu memutuskan untuk sesar.
Dari pengalaman singkat dan berharga itu saya memutuskan
tidak akan mengunakan cara induksi karena ketika itu dilakukan toh tidak
menjamin akan bisa normal. Namun pastinya kami akan masih memprioritaskan untuk
kelahiran normal. Karena disitu ada nilai perjuangan sang ibu dan kami yakin di
setiap perjuangan ada buah kebahagiaan yang menanti.
Jam 1 pagi hingga jam 10 malam dengan ditemani rasa sakit
yang sangat istri saya hanya menghasilkan bukaan hingga 4 atau 5 saja. Padahal
prosedur ketuban pecah dini adalah maksimal 1x 24 jam bayi harus dikeluarkan.
Yang artinya kalau sampai jam 11 malam kami belum bisa melahirkan secara normal
itu harus melalui operasi sesar. Dilain pihak mertua menuntut agar langsung
saja di lakukan sesar karena melihat anaknya menahan rasa sakit. Sebenarnya
saya pun juga menginginkan hal itu namun kembali ke komitmen awal yang ingin
anak pertama kita dilahirkan secara normal.
Alhamdulillah sedikit demi sedikit bukaan demi bukaan
berlanjut dengan tetap ditemani rasa sakit yang semakin menjadi. Sedikit
supportku menemani sang istri melalui masa kelahiran dan hasilnya jam 11 malam
waktu yang ditentukan tiba dan istri masih bukaan 7 namun istri sudah semakin
pandai mengatur ritme pernafasan dan membuahkan bukaan yang semakin cepat. Dan
keputusan kita untuk melahirkan normal semakin cerah.
Bukaan
9 sudah kita lalui tinggal menunggu kelahiran aja malah nunggu sang dokter,
rasanya bikin gemes. Rasanya itu menjadi waktu terlama ku, selang berapa lama
setelah dokter datang langsung sang bayi ku terlahir dengan selamat dan sehat.
Jujur waktu pertama kali lihat kaget kenapa kok bayi ku hitam skali ternyata
itu rambut, maklum effect ngantuk seharian ga tidur. Setelah istri melahirkan
anak putri kami yang pertama, saya menemani sang bayi di adzani dan iqomah sebagai sunnah ku, sedangkan istri
di rawat dengan dokter melanjutkan proses penjahitan. Dan setelah itu rasa
kantuk tak tertahan langsung ku tidur di kursi rumah sakit. Dan di atas adalah cerita kami tentang proses cara melahirkan anak secara normal, semoga bisa bermanfaat.
I think your blog is very nice and does not know well by many people who read your blog, and my advice if you want to look better, maybe you should always update your blog
ReplyDeletepoker88
Cantikkk sekali 😍😍😍
ReplyDeleteCantikkk sekali 😍😍😍
ReplyDelete